makalah
kwarganegaraan
“peristiwa
mengejutkan g30spki”
Dosen Pengampu :
Di susun oleh:
FAKULTAS HUKUM
Universitas
Muhammadiyah Surakarta
2016
Kata Pengantar
Dengan menyebut
nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan
puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah
tentang-Peristiwa-mengejutkan-G30SPKI.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan-makalah-ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah-ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Peristiwa mengejutkan G30SPKI ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan-makalah-ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah-ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Peristiwa mengejutkan G30SPKI ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
__________________________________________________________________________i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
..........................................................................................
i
DAFTAR ISI ........................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................................
1
RUMUSAN MASALAH......................................................................................1
BAB II
A.TRAGEDI 30SPKI .........................................................................................
2
B.BUKU-BUKU YANG DIHANCUKAN
....................................................... 3
C.BELUM ADA YANG MENGUNGKAP.......................................................
4
D.PEMUTAR BALIKAN FAKTA MENURUT KESAKSIAN
SOEMARSONO.....5
BAB III
PENUTUP ............................................................................................................
6
1.
KESIMPULAN.................................................................................................
6
_________________________________________________________________________ii
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
G30SPKI
adalah sebuah kata yang di hubungkan dengan masa-masa kelam indonesia pasca
merdeka. Namun di balik kata-kata kelam yang sering di hubungkan dengan
peristiwa G30SPKI ternyata tidak semua yang di lakukan oleh pki adalah
perbuatan yang melanggar HAM. Justru akhir-akhir ini terkuak kejadian-kejadian
yang cukup menggemparkan. Jika ternyata pki adalah korban dari pemfitnahan. Pki
di gunakan sebagai alat politik soeharto . banyak peristiwa-peristiwa yang
memalukan yang mana dalam peristiwa ini terdapat pembohongan-pembohongan
sejarah. Maka dari itu kelompok kami berusaha untuk menguak
pembohongan-pembohongan sejarah terhadap g30spki oleh rezim soeharto.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Siapa
dalang di balik G30SPKI?
2. Apakah
G30SPKI sebagai korban atau pelaku?
3. Siapakah
yang bertanggung jawab atas kejadian G30SPKI?
C. TUJUAN
PEMBAHASAN
1.
Memberi wawasan baru pada
mahasiswa tentang peristiwa yang terjadi
2.
Mahasiswa mampu
menganalisis secara mendalam tentang sejarah-sejarah yang ada lebih dalam.
__________________________________________________________________________1
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Tragedi
G30SPKI
Dalam pembantaian 1965-66, yang menjadi korban adalah orang-orang yang
menjadi bagian dari PKI serta orang-orang yang dituduh sebagai komunis. Soeharto diduga kuat sebagai dalang di balik
pembantaian 1965-1966.
Pembantaian di Indonesia
1965–1966 adalah
peristiwa pembantaian terhadap orang-orang yang dituduh komunis di Indonesia pada masa setelah terjadinya Gerakan 30 September di Indonesia. Diperkirakan lebih dari setengah
juta orang dibantai dan lebih dari satu juta orang dipenjara dalam peristiwa
tersebut. Pembersihan ini merupakan peristiwa penting dalam masa transisi ke Orde Baru: Partai
Komunis Indonesia (PKI) dihancurkan, pergolakan mengakibatkan jatuhnya
presiden Soekarno, dan kekuasaan selanjutnya
diserahkan kepada Soeharto.
Tragedi Kemanusiaan ini berawal dari konflik internal
dalam tubuh Angkatan Darat yang muncul sebagai akibat kesenjangan perikehidupan
antara tentara prajurit dengan tentara perwira. Konflik laten dalam tubuh
Angkatan Darat yang sudah dimulai sejak 17 tahun sebelumnya, kemudian
mendapatkan jalan manifestasinya ketika muncul isu tentang rencana Kudeta
terhadap kekuasaan Soekarno yang akan dilancarkan oleh Dewan Jenderal.
Perwia-perwira Angkatan Darat yang mendukung kebijakan Sosialisme Soekarno
kemudian memutuskan untuk melakukan manuver (aksi) polisionil dengan
menghadapkan tujuh orang Jendral yang diduga mengetahui tentang Dewan Jendral
ini ke hadapan Soekarno. Target operasi adalah menghadapkan hidup-hidup ketujuh
orang Jendral tersebut. Fakta yang terjadi kemudian adalah tiga dari tujuh
orang Jendral yang dijemput paksa tersebut, sudah dalam keadaan anumerta.
Soeharto lah yang paling awal menuduh PKI menjadi
dalang dari peristiwa pagi hari Jumat tanggal 01 Oktober 1965 tersebut. Tanpa
periksa dan penyelidikan yang memadai, Soeharto mengambil kesimpulan PKI sebagai
dalang hanya karena Kolonel Untung ---yang mengaku menjadi pimpinan Dewan
Revolusi (kelompok tandingan untuk Dewan jendral)--- memiliki kedekatan pribadi
dengan tokoh-tokoh utama Biro Chusus Partai Komunis Indonesia. Hasil akhirnya
adalah Komunisme dibersihkan dari kehidupan politik,
sosial, dan militer, dan PKI dinyatakan sebagai partai terlarang.
Pembantaian dimulai pada Januari
1966 seiring dengan maraknya aksi demonstrasi mahasiswa yang digerakkan oleh
Angkatan Darat melalui Jendral Syarif Thayeb dan memuncak selama kuartal kedua
tahun 1966 sebelum akhirnya mereda pada awal tahun 1967 (menjelang pelantikan
Jendral Soeharto sebagai Pejabat Presiden). Pembersihan dimulai dari ibu kota Jakarta, yang
kemudian menyebar ke Jawa Tengah dan Timur, lalu Bali. Ribuan vigilante (orang yang
menegakkan hukum dengan caranya sendiri) dan tentara angkatan darat menangkap
dan membunuh orang-orang yang dituduh sebagai anggota PKI. Meskipun pembantaian
terjadi di seluruh Indonesia, namun pembantaian terburuk terjadi di basis-basis
PKI-di-Jawa-Tengah,-Timur,-Bali,-dan-Sumatera-Utara.
__________________________________________________________________________2
Usaha Soekarno yang ingin menyeimbangkan nasionalisme,
agama, dan komunisme melalui Nasakom telah usai. Pilar pendukung
utamanya, PKI, telah secara efektif dilenyapkan oleh dua pilar lainnya-militer
dan Islam politis;[1][2] dan militer berada pada jalan
menuju kekuasaan. Pada Maret 1967, Soekarno dicopot dari kekuasaannya oleh
Parlemen Sementara, dan Soeharto menjadi Pejabat Presiden. Pada Maret 1968 Soeharto secara resmi ditetapkan
menjadi Presiden oleh MPRS yang diketuai oleh Jendral Abdul Harris Nasution
(yang memang sengaja Soeharto tempatkan setelah menangkap dan memenjarakan
seluruh pimpinan MPRS yang notabene adalah tokoh-tokoh PKI dan tokoh-tokoh
Soekarnois).
Pembantaian ini hampir tidak pernah disebutkan dalam
buku sejarah Indonesia, dan hanya memperoleh sedikit
perhatian dari orang Indonesia maupun warga internasional. memuaskan untuk
kekejamannya telah menarik perhatian para ahli dari berbagai prespektif
ideologis. Kemungkinan adanya pergolakan serupa dianggap sebagai faktor dalam
konservatisme politik "Orde Baru" dan kontrol ketat terhadap sistem
politik. Kewaspadaan terhadap ancaman komunis menjadi ciri dari masa
kepresidenan Soeharto. Di Barat, pembantaian dan pembersihan ini digambarkan
sebagai kemenangan atas komunisme pada Perang Dingin.
B.
Buku-buku yang di hancurkan
Tetapi apalah arti buku-buku, ketika dominasi
pengetahuan melalui tangan negara justru lebih kuat daripada buku-buku yang waktu
itu dilarang dan dihancurkan. Buku-buku itu seperti angin lalu, kita seperti
terlanjur menerima fakta dan data sejarah versi penguasa. Kita tak heran ketika
Wijaya Herlambang menulis disertasi bagus yang mengisahkan tentang bagaimana
Suharto mencipta sejarawan Nugroho Notosusanto dengan membuat buku pertama
versi pemerintah yang membenarkan tindakan Suharto menumpas komunis. Meski kita
tahu, waktu itu sudah ada dokumen dari Amerika hendak dibocorkan, tetapi
ditutup-tutupi oleh Suharto. Meski ditutup-tutupi, dokumen itu justru terlanjur
menjadi pemberitaan di luar negeri. Suharto pun tak kurang akal, ia pun segera
menutupi dengan membentuk lembaga-lembaga kebudayaan dan kesenian untuk
menutupi sejarah yang memilukan sepanjang masa ini.
Saya cukup terhenyak dan kaget ketika membaca tulisan
Taufiq Ismail di harian Republika (12/8/15). Di tulisan bertajuk Presiden
Mau Minta Maaf kepada PKI? , Taufiq seperti menunjukkan kemarahannya,
nampak sekali di tulisan itu berusaha menegaskan kembali bahwa PKI dipandang sebagai
biadab, bengis dan kejam. Bila Taufiq ismail menggunakan teori sebab akibat
sebagaimana yang ditulis dalam buku-buku sejarah yang ada , Taufiq mengutip
buku (Lubang-lubang pembantaian –petualangan PKI di Madiun, Tim Jawa Pos
: Maksum, Agus sunyoto,A Zainuddin, Grafiti, 1990) yang menilai bahwa selama
ini KGB dinilai menggunakan taktik melegitimasi dan melupakan pemberontakan PKI
di Madiun. Mengenai peristiwa Madiun, kita bisa menengok versi sejarah yang
lain di buku Teror Orde baru(2013) yang ditulis oleh Julie Soulthwood
–Patrick Flanagan). Di buku itu penulis menerangkan bahwa gerakan penghancuran
komunisme di asia tenggara memang merupakan gerakan yang di setting Amerika
serikat dengan dukungan biaya yang cukup besar. Hal ini dilakukan tak lain karena
komunisme dianggap berbahaya bagi keberlangsungan dan dominasi perekonomian dan
eksploitasi kekayaan alam di Indonesia.
__________________________________________________________________________3
C. Belum ada yang berani mengungkap
Sejarah Madiun dan sebab dari yang melandasi Madiun
memang tak diungkap oleh Taufiq Ismail dan sejarawan yang menilai PKI sebagai
pihak yang dianggap sebagai hantu yang patut dimusnahkan. Terlebih sebab dan
proses mengapa Amerika sampai begitu gencarnya mendukung penumpasan gerakan
komunis di Asia tenggara termasuk Indonesia. Motif kolonialisme ekonomi sampai
saat ini tak pernah disinggung. Orang kemudian hanya tahu jargon pendek di
mobil-mobil dan dikendaraan di jalan raya yang seolah meneror kita dengan
gambar Suharto yang tersenyum dan mengatakan dengan entengnya : “Beras saiki
regane piro le?, penak jamanku tho”?. Jargon-jargon dan terror semacam itu
justru membuat kebenaran sejarah semakin ditutup-tutupi.
Mahasiswa
menyerang sebuah toko buku kiri, 4 Oktober 1965.
Faktanya tidak ada yang berani mengungkap bagaimana
kejahatan Orde baru baik dari sisi kemanusiaan maupun dari sisi kejahatan
ekonomi dan politik yang dilakukan oleh Suharto di masa itu. Tentu, setelah 32
tahun lamanya rejim Suharto berkuasa, arus reformasi dimulai, makin muncul
banyak buku yang semakin membuka tabir gelap sejarah kita.
Seruan Bung Taufiq Ismail tentu bagian dari cara kita
menguak sejarah kelam kita, tentu kita tak boleh sebelah mata melihat sejarah.
Kita mesti memandang secara menyeluruh, apalagi sejarah yang sudah
ditutup-tutupi rapat oleh sebuah rejim yang selama puluhan tahun menggunakan
instrumen negara untuk melegitimasi dan membuat sejarah sendiri dengan tujuan
melegitimasi kekuasaan dan teror yang diciptakannya.
Karena itulah, upaya membuka tabir gelap sejarah yang
diinisiasi oleh Yayasan Bhinneka Nusantara yang menerbitkan majalah edisi 50
tahun Genosida layak diapresiasi demi kebenaran sejarah.
__________________________________________________________________________4
D. Pemutar balikan fakta menurut kesaksian soemarsono
sebenarnya Bung
Karno sudah mengirim utusan untuk mengetahui apa sebenarnya yang terjadi di
Madiun. Utusan yang dikirim pada waktu itu adalah Soeharto, yang kemudian
menjadi Presiden RI (1966-1998). Soeharto datang dan bertemu Soemarsono, yang
kemudian menjelaskan apa yang terjadi. Tampaknya Soeharto, menurut kesan
Soemarsono, bisa diyakinkan bahwa apa yang terjadi bukanlah sebuah usaha
pemberontakan. Katanya itulah yang akan dilaporkan Soeharto kepada pemerintah pusat.
Akan tetapi, pemerintah pusat kenyataannya kemudian mengirim TNI untuk menumpas
“pemberontakan” tersebut. Dari cerita ini, Soemarsono bisa jadi merasa curiga
bahwa Soeharto telah memutar-balikkan fakta untuk memuaskan orang-orang yang
tidak senang terhadap unsur kiri dalam Revolusi Indonesia, atau dia sendiri
memang bagian dari komplotan ini (Setiawan, 2003: x-xi).
__________________________________________________________________________5
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Dalam sebuah pemerintahan semua pasti ada baik dan
buruknya, tidak semua yang terlihat manis selamanya manis. Begitu pula zaman
orba yang kelihatan manis sehingga tak menonjolkan kebusukannya. Begitu pula
dengan PKI tak selamanya mereka menjadi pelaku karena sejarah mereka belum
terungkap secara jelas karena peran pemerintah yang sangat kuat dan berusaha
menutupi kebenaran mereka.
__________________________________________________________________________6
Daftar pustaka:
è Setiawan, Hesrsri. 2003. Negara Madiun? Kesaksian Soemarsono,Pelaku
Perjuangan. Madiun: FuSPAD
Kalau Mau Copas jangan LUPA KASIH SUMBERNYA ^_^
Dan jangan lupa LIKE + Comment ^_^
No comments:
Post a Comment