Thursday, August 30, 2018

Makalah Kewarganegaraan "Peristiwa Mengejutkan G30SPKI"


makalah
kwarganegaraan
“peristiwa mengejutkan g30spki”

logo ums.jpg

Dosen Pengampu : 
Di susun oleh:


FAKULTAS HUKUM
Universitas Muhammadiyah Surakarta
 2016


Kata Pengantar


    Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang-Peristiwa-mengejutkan-G30SPKI.

    Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan-makalah-ini.
   
    Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah-ini.
   
    Akhir kata kami berharap semoga makalah Peristiwa mengejutkan G30SPKI ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.















__________________________________________________________________________i


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................................ 1
RUMUSAN MASALAH......................................................................................1
BAB II
 A.TRAGEDI 30SPKI ......................................................................................... 2
 B.BUKU-BUKU YANG DIHANCUKAN ....................................................... 3
 C.BELUM ADA YANG MENGUNGKAP....................................................... 4
 D.PEMUTAR BALIKAN FAKTA MENURUT KESAKSIAN SOEMARSONO.....5
BAB III
PENUTUP ............................................................................................................ 6
1. KESIMPULAN................................................................................................. 6



















­­­­­­­­­­­­­­­­­­­_________________________________________________________________________ii



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
G30SPKI adalah sebuah kata yang di hubungkan dengan masa-masa kelam indonesia pasca merdeka. Namun di balik kata-kata kelam yang sering di hubungkan dengan peristiwa G30SPKI ternyata tidak semua yang di lakukan oleh pki adalah perbuatan yang melanggar HAM. Justru akhir-akhir ini terkuak kejadian-kejadian yang cukup menggemparkan. Jika ternyata pki adalah korban dari pemfitnahan. Pki di gunakan sebagai alat politik soeharto . banyak peristiwa-peristiwa yang memalukan yang mana dalam peristiwa ini terdapat pembohongan-pembohongan sejarah. Maka dari itu kelompok kami berusaha untuk menguak pembohongan-pembohongan sejarah terhadap g30spki oleh rezim soeharto.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Siapa dalang di balik G30SPKI?
2.      Apakah G30SPKI sebagai korban atau pelaku?
3.      Siapakah yang bertanggung jawab atas kejadian G30SPKI?

C.     TUJUAN PEMBAHASAN

1.      Memberi wawasan baru pada mahasiswa tentang peristiwa yang terjadi
2.      Mahasiswa mampu menganalisis secara mendalam tentang sejarah-sejarah yang ada lebih dalam.










__________________________________________________________________________1


BAB II
PEMBAHASAN
A.   Tragedi G30SPKI

Dalam pembantaian 1965-66, yang menjadi korban adalah orang-orang yang menjadi bagian dari PKI serta orang-orang yang dituduh sebagai komunis. Soeharto diduga kuat sebagai dalang di balik pembantaian 1965-1966.
Pembantaian di Indonesia 1965–1966 adalah peristiwa pembantaian terhadap orang-orang yang dituduh komunis di Indonesia pada masa setelah terjadinya Gerakan 30 September di Indonesia. Diperkirakan lebih dari setengah juta orang dibantai dan lebih dari satu juta orang dipenjara dalam peristiwa tersebut. Pembersihan ini merupakan peristiwa penting dalam masa transisi ke Orde Baru: Partai Komunis Indonesia (PKI) dihancurkan, pergolakan mengakibatkan jatuhnya presiden Soekarno, dan kekuasaan selanjutnya diserahkan kepada Soeharto.
Tragedi Kemanusiaan ini berawal dari konflik internal dalam tubuh Angkatan Darat yang muncul sebagai akibat kesenjangan perikehidupan antara tentara prajurit dengan tentara perwira. Konflik laten dalam tubuh Angkatan Darat yang sudah dimulai sejak 17 tahun sebelumnya, kemudian mendapatkan jalan manifestasinya ketika muncul isu tentang rencana Kudeta terhadap kekuasaan Soekarno yang akan dilancarkan oleh Dewan Jenderal. Perwia-perwira Angkatan Darat yang mendukung kebijakan Sosialisme Soekarno kemudian memutuskan untuk melakukan manuver (aksi) polisionil dengan menghadapkan tujuh orang Jendral yang diduga mengetahui tentang Dewan Jendral ini ke hadapan Soekarno. Target operasi adalah menghadapkan hidup-hidup ketujuh orang Jendral tersebut. Fakta yang terjadi kemudian adalah tiga dari tujuh orang Jendral yang dijemput paksa tersebut, sudah dalam keadaan anumerta.
Soeharto lah yang paling awal menuduh PKI menjadi dalang dari peristiwa pagi hari Jumat tanggal 01 Oktober 1965 tersebut. Tanpa periksa dan penyelidikan yang memadai, Soeharto mengambil kesimpulan PKI sebagai dalang hanya karena Kolonel Untung ---yang mengaku menjadi pimpinan Dewan Revolusi (kelompok tandingan untuk Dewan jendral)--- memiliki kedekatan pribadi dengan tokoh-tokoh utama Biro Chusus Partai Komunis Indonesia. Hasil akhirnya adalah Komunisme dibersihkan dari kehidupan politik, sosial, dan militer, dan PKI dinyatakan sebagai partai terlarang.
Pembantaian dimulai pada Januari 1966 seiring dengan maraknya aksi demonstrasi mahasiswa yang digerakkan oleh Angkatan Darat melalui Jendral Syarif Thayeb dan memuncak selama kuartal kedua tahun 1966 sebelum akhirnya mereda pada awal tahun 1967 (menjelang pelantikan Jendral Soeharto sebagai Pejabat Presiden). Pembersihan dimulai dari ibu kota Jakarta, yang kemudian menyebar ke Jawa Tengah dan Timur, lalu Bali. Ribuan vigilante (orang yang menegakkan hukum dengan caranya sendiri) dan tentara angkatan darat menangkap dan membunuh orang-orang yang dituduh sebagai anggota PKI. Meskipun pembantaian terjadi di seluruh Indonesia, namun pembantaian terburuk terjadi di basis-basis PKI-di-Jawa-Tengah,-Timur,-Bali,-dan-Sumatera-Utara. __________________________________________________________________________2


Usaha Soekarno yang ingin menyeimbangkan nasionalisme, agama, dan komunisme melalui Nasakom telah usai. Pilar pendukung utamanya, PKI, telah secara efektif dilenyapkan oleh dua pilar lainnya-militer dan Islam politis;[1][2] dan militer berada pada jalan menuju kekuasaan. Pada Maret 1967, Soekarno dicopot dari kekuasaannya oleh Parlemen Sementara, dan Soeharto menjadi Pejabat Presiden. Pada Maret 1968 Soeharto secara resmi ditetapkan menjadi Presiden oleh MPRS yang diketuai oleh Jendral Abdul Harris Nasution (yang memang sengaja Soeharto tempatkan setelah menangkap dan memenjarakan seluruh pimpinan MPRS yang notabene adalah tokoh-tokoh PKI dan tokoh-tokoh Soekarnois).
Pembantaian ini hampir tidak pernah disebutkan dalam buku sejarah Indonesia, dan hanya memperoleh sedikit perhatian dari orang Indonesia maupun warga internasional. memuaskan untuk kekejamannya telah menarik perhatian para ahli dari berbagai prespektif ideologis. Kemungkinan adanya pergolakan serupa dianggap sebagai faktor dalam konservatisme politik "Orde Baru" dan kontrol ketat terhadap sistem politik. Kewaspadaan terhadap ancaman komunis menjadi ciri dari masa kepresidenan Soeharto. Di Barat, pembantaian dan pembersihan ini digambarkan sebagai kemenangan atas komunisme pada Perang Dingin.

B.      Buku-buku yang di hancurkan

Tetapi apalah arti buku-buku, ketika dominasi pengetahuan melalui tangan negara justru lebih kuat daripada buku-buku yang waktu itu dilarang dan dihancurkan. Buku-buku itu seperti angin lalu, kita seperti terlanjur menerima fakta dan data sejarah versi penguasa. Kita tak heran ketika Wijaya Herlambang menulis disertasi bagus yang mengisahkan tentang bagaimana Suharto mencipta sejarawan Nugroho Notosusanto dengan membuat buku pertama versi pemerintah yang membenarkan tindakan Suharto menumpas komunis. Meski kita tahu, waktu itu sudah ada dokumen dari Amerika hendak dibocorkan, tetapi ditutup-tutupi oleh Suharto. Meski ditutup-tutupi, dokumen itu justru terlanjur menjadi pemberitaan di luar negeri. Suharto pun tak kurang akal, ia pun segera menutupi dengan membentuk lembaga-lembaga kebudayaan dan kesenian untuk menutupi sejarah yang memilukan sepanjang masa ini.
Saya cukup terhenyak dan kaget ketika membaca tulisan Taufiq Ismail di harian Republika (12/8/15). Di tulisan bertajuk Presiden Mau Minta Maaf kepada PKI? , Taufiq seperti menunjukkan kemarahannya, nampak sekali di tulisan itu berusaha menegaskan kembali bahwa PKI dipandang sebagai biadab, bengis dan kejam. Bila Taufiq ismail menggunakan teori sebab akibat sebagaimana yang ditulis dalam buku-buku sejarah yang ada , Taufiq mengutip buku (Lubang-lubang pembantaian –petualangan PKI di Madiun, Tim Jawa Pos : Maksum, Agus sunyoto,A Zainuddin, Grafiti, 1990) yang menilai bahwa selama ini KGB dinilai menggunakan taktik melegitimasi dan melupakan pemberontakan PKI di Madiun. Mengenai peristiwa Madiun, kita bisa menengok versi sejarah yang lain di buku Teror Orde baru(2013) yang ditulis oleh Julie Soulthwood –Patrick Flanagan). Di buku itu penulis menerangkan bahwa gerakan penghancuran komunisme di asia tenggara memang merupakan gerakan yang di setting Amerika serikat dengan dukungan biaya yang cukup besar. Hal ini dilakukan tak lain karena komunisme dianggap berbahaya bagi keberlangsungan dan dominasi perekonomian dan eksploitasi kekayaan alam di Indonesia.
__________________________________________________________________________3


C.    Belum ada yang berani mengungkap
Sejarah Madiun dan sebab dari yang melandasi Madiun memang tak diungkap oleh Taufiq Ismail dan sejarawan yang menilai PKI sebagai pihak yang dianggap sebagai hantu yang patut dimusnahkan. Terlebih sebab dan proses mengapa Amerika sampai begitu gencarnya mendukung penumpasan gerakan komunis di Asia tenggara termasuk Indonesia. Motif kolonialisme ekonomi sampai saat ini tak pernah disinggung. Orang kemudian hanya tahu jargon pendek di mobil-mobil dan dikendaraan di jalan raya yang seolah meneror kita dengan gambar Suharto yang tersenyum dan mengatakan dengan entengnya : “Beras saiki regane piro le?, penak jamanku tho”?. Jargon-jargon dan terror semacam itu justru membuat kebenaran sejarah semakin ditutup-tutupi.
Indonesien Hetze Kommunisten 1965
Mahasiswa menyerang sebuah toko buku kiri, 4 Oktober 1965.
Faktanya tidak ada yang berani mengungkap bagaimana kejahatan Orde baru baik dari sisi kemanusiaan maupun dari sisi kejahatan ekonomi dan politik yang dilakukan oleh Suharto di masa itu. Tentu, setelah 32 tahun lamanya rejim Suharto berkuasa, arus reformasi dimulai, makin muncul banyak buku yang semakin membuka tabir gelap sejarah kita.
Seruan Bung Taufiq Ismail tentu bagian dari cara kita menguak sejarah kelam kita, tentu kita tak boleh sebelah mata melihat sejarah. Kita mesti memandang secara menyeluruh, apalagi sejarah yang sudah ditutup-tutupi rapat oleh sebuah rejim yang selama puluhan tahun menggunakan instrumen negara untuk melegitimasi dan membuat sejarah sendiri dengan tujuan melegitimasi kekuasaan dan teror yang diciptakannya.
Karena itulah, upaya membuka tabir gelap sejarah yang diinisiasi oleh Yayasan Bhinneka Nusantara yang menerbitkan majalah edisi 50 tahun Genosida layak diapresiasi demi kebenaran sejarah.




__________________________________________________________________________4


D.   Pemutar balikan fakta menurut kesaksian soemarsono
sebenarnya Bung Karno sudah mengirim utusan untuk mengetahui apa sebenarnya yang terjadi di Madiun. Utusan yang dikirim pada waktu itu adalah Soeharto, yang kemudian menjadi Presiden RI (1966-1998). Soeharto datang dan bertemu Soemarsono, yang kemudian menjelaskan apa yang terjadi. Tampaknya Soeharto, menurut kesan Soemarsono, bisa diyakinkan bahwa apa yang terjadi bukanlah sebuah usaha pemberontakan. Katanya itulah yang akan dilaporkan Soeharto kepada pemerintah pusat. Akan tetapi, pemerintah pusat kenyataannya kemudian mengirim TNI untuk menumpas “pemberontakan” tersebut. Dari cerita ini, Soemarsono bisa jadi merasa curiga bahwa Soeharto telah memutar-balikkan fakta untuk memuaskan orang-orang yang tidak senang terhadap unsur kiri dalam Revolusi Indonesia, atau dia sendiri memang bagian dari komplotan ini (Setiawan, 2003: x-xi).






















__________________________________________________________________________5


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Dalam sebuah pemerintahan semua pasti ada baik dan buruknya, tidak semua yang terlihat manis selamanya manis. Begitu pula zaman orba yang kelihatan manis sehingga tak menonjolkan kebusukannya. Begitu pula dengan PKI tak selamanya mereka menjadi pelaku karena sejarah mereka belum terungkap secara jelas karena peran pemerintah yang sangat kuat dan berusaha menutupi kebenaran mereka.























__________________________________________________________________________6


Daftar pustaka:

è Setiawan, Hesrsri. 2003. Negara Madiun? Kesaksian Soemarsono,Pelaku Perjuangan. Madiun: FuSPAD



Kalau Mau Copas jangan LUPA KASIH SUMBERNYA ^_^
Dan jangan lupa LIKE + Comment ^_^

No comments:

Post a Comment